Yogyakarta– Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Launching Rumah Produksi Pengolahan Sampah Mardiko pada Minggu (29/12) di TPA Piyungan, Kabupaten Bantul.
Rumah Produksi Pengolahan Sampah Mardiko ini dilakukan secara integratif. Sebab tak hanya memilah dan mengolah sampah, tapi juga ada peternakan maggot, pengolahan lanjutan sampah menjadi bahan tepat guna, dan akan ada peternakan ayam dengan pakan maggot.
Launching dilakukan secara langsung oleh Ketua MPM PP Muhammadiyah, M. Nurul Yamin. Dalam sambutannya Yamin menyampaikan kegiatan ini hasil kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dengan Lazismu PP Muhammadiyah.
“Ini adalah bagian dari kolaborasi berbagai pihak untuk dakwah akar rumput,” ungkap Nurul Yamin.
Rumah Produksi Pengolahan Sampah Mardiko ini merupakan usaha transformasi dari Kelompok Pemulung Mardiko yang didampingi oleh MPM sejak 2016. Transformasi dilakukan untuk merespon wacana dan realisasi penutupan TPA Piyungan, Bantul.
Penutupan TPA Piyungan menimbulkan kegagapan hajat hidup di bidang ekonomi, dan kegagapan bidang sosial dengan hilangnya sejumlah anggota Mardiko. Anggota Mardiko awalnya berjumlah 450-500. Jumlah itu mengalami penyusutan setelah ada covid-19 dan penutupan TPA Piyungan.
Melihat kenyataan itu, transformasi dilakukan juga terkait dengan akronim nama dari Mardiko yang kini memiliki menjadi Makaryo Adi Katon dari sebelumnya Makaryo Adi Ngayogyakarta.
“Ini adalah proses transformasi baru untuk pendampingan pemulung sampah,” imbuhnya.
Transformasi juga dari sisi budaya entrepreneur, yang memiliki spirit social entrepreneur. Mereka yang awalnya adalah pemulung, menjadi pengolah sampah. Mampu merubah diri untuk menyikapi perubahan di luar dugaan, terlebih perubahan kebijakan.
“Hadirnya Pengolahan sampah mardiko ini satu kelanjutan, dan mudah-mudahan bagian dari etos kerja yang unggul dan bermanfaat,” tuturnya.
Mengingat situasi yang begitu kompleks, Yamin menuturkan saat ini proses perizinan dan lain sebagainya dilakukan secara beriringan. Selain itu, terkait masalah pembakaran sampah, MPM senantiasa mengurangi efek samping dari asap yang keluar. Artinya proses di rumah produksi yang ramah lingkungan.
“Kita usahakan ini menjadi percontohan untuk pengolahan sampah, terlebih di skala rumah tangga dan lebih besar lagi,” katanya.
Limbah non-organik saat ini direncanakan akan diolah menjadi konblok. Sementara sampah organik akan dijadikan pakan untuk maggot, dan maggot ini nanti akan menjadi pakan ternak ayam petelur yang ke depannya akan diintegrasikan dengan Rumah Produksi Pengolahan Sampah Mardiko.
Secara lugas Yamin menyampaikan, langkah kecil yang diambil oleh MPM PP Muhammadiyah di bidang pengolahan sampah ini menjadi cara Muhammadiyah untuk berperan dalam pengentasan masalah sampah di DI. Yogyakarta dan Indonesia.
Selain rumah produksi, pengolahan sampah yang dilakukan oleh Mardiko ini juga menyediakan truk penjemputan sampah yang saat ini mengambil sampah di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta.(Red)
Posting Komentar