Kampung Wakaf Longkeyang, Pemalang
Oleh: Muhammad Jamaluddin Ahmad (LPCR PP Muhammadiyah)
Kampung Wakaf Longkeyang letaknya yang cukup jauh dari perkotaan dan jalan terjal berliku yang harus ditempuh menjadikan Longkeyang menjadi ranting yang cukup terpencil untuk keberadaan Muhammadiyah di era sekarang.
Meski masih di Jawa Tengah tepatnya di kecamatan Bodeh kabupaten Pemalang, Longkeyang yang terpencil itu, saat ini hampir setiap hari sabtu atau ahad pada setiap pekanya hampir selalu didatangi tamu dari berbagai tempat dan kota. Tidak hanya dari persyarikatan Muhammadiyah akan tetapi juga dari Ormas lain dan dari lembaga pemerintah. Lalu apa yang menjadi daya tarik sehingga berbagai pihak dan lembaga ingin datang di PRM Longkeyang ini?
Longkeyang saat ini memiliki Branding dan mendapat julukan sebagai " KAMPUNG WAKAF". Mengapa? Karena di kampung ini berwakaf dikampanyekan bukan sekedar sebagai amal individual akan tetapi sudah menjadi gerakan bersama sekaligus diharapkan menjadi life style (gaya hidup). Lalu apa hasilnya? Hasilnya saat ini sudah ada lebih dari empat hektar tanah menjadi miliki PRM Longkeyang yang ditanami pohon mrica, abasia, sengon dan jati dll. Hasil dari wakaf produktif ini digunakan untuk menambah luas tanah, memberi biasiswa, pemberdayaan ekonomi, memberikan layanan sosial pada masyarakat luas, juga untuk membiayai kegiatan Muhammadiyah. Dll.
Hadirnya Muhammadiyah di kampung Longkeyang.
Pada sekitar pertengahan tahun tujuh puluhan, ada beberapa warga Longkeyang yang menjadi guru diberbagai tempat di pemalang, comal dan sekitarnya. Mereka itu antara lain Bpk Munawar, pak Tohir Wiryo, pak Sukaryo dan Pak Warno.Tugas sebagai guru menjadikan para pemuda dan warga Longkeyang harus bergaul dan dan bertemu dengan banyak pihak dan dari berbagai profesi dan paham keagamaannya.
Profesi guru menjadikan seseorang menjadi pribadi yang terbuka, mengikuti perkembangan dan perubahan zaman, banyak membaca (memiliki budaya leterasi) dan pasti munyukai pemikiran yang maju dan berkemajuan. Dari tempat tugas yang di kota dan profesinya sebagai guru maka lama kelamaan mereka mengenal Muhammadiyah dan merasa cocok dengan pikiran, paham agama dan gerakan yang dilakukan oleh Muhammadiyah.
Perkenalan dan pergulatan pemikiran tentang Muhammadiyah yang mulai mereka rasakan pada tahun 1977 terus berkembang menjadi keyakinan yang mendorong mereka untuk mengenalkannya pada masyarakat Longkeyang khususnya pada keluarga mereka. Jadilah beberapa orang guru yang berasal dari Longkeyang ini menjadi perintis awal lahirnya Muhammadiyah di kampung halaman mereka. Para guru perintis Muhammadiyah ini aslinya berasal dari keluarga PNI (Marhaenis), Rifaiyah dan juga dari Nahdhatul Ulama.
Profesi para perintis Muhammadiyah Longkeyang yang hampir semuanya berprofesi sebagai Guru, menjadikan dakwah yang mereka lakukan berlangsung secara damai dan sangat memperhatikan kultur dan keberagaman yang ada di Longkeyang. Mereka berdakwah secara kultural, memberi contoh dan menebar kebaikan. Mereka menghindari cara cara yang agitatif dan provokatif yang dapat memecah belah ummat dan merobohkan silaturahmi serta hubungan kekeluargaan yang sudah terjalin puluhan tahun. Alhamdulillah Akhirnya Muhammadiyah di Longkeyang resmi berdiri sebagai ranting pada tahun 1987.
Sampai saat ini dari jumlah warga yang aktif sebagai anggota Muhammadiyah masih tergolong sedikit. Meskipun keberadaan Muhammadiyah yang anggotanya tidak terlalu banyak ini, namun karena memiliki program dan kegiatan yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat banyak dan juga karena tokoh tokoh Muhammadiyah mampu bergaul dan totalitas mengabdikan hidunya untuk memajukan masyarakat dan desanya maka Muhammadiyah yang kecil menjadi teladan dalam. Berislam, bermasyarakat dan membangun desa.
Para aktifis Muhammadiyah Longkeyang terus berikhtiar agar Muhammadiyah Longkeyang yang minoritas dapat terus menjadi teladan kebaikan bagi masyarakat Longkeyang dan juga di tempat lainya. Mereka punya ghiroh berdakwah yang patut di contoh sekaligus memiliki strategi dakwah yang berientasi kesejahteraan ummat yang juga perlu ditiru oleh Ranting Muhammadiyah di tempat lain.
Lahirnya gerakan wakaf produktif
Tugas merintis dan menghadirkan Muhammadiyah di Longkeyang telah berhasil dilakukan oleh generasi awal yang hampir semuanya berprofesi sebagai guru atau pendidik. Kegiatan utama yang dilakukan oleh generasi awal ini berupa pengajian, mendirikan masjid sebagai pusat ibadah, sholat jamaah secara rutin, dan juga kegiatan sosial. Hingga beberapa lama kegiatanya kegiatan Muhammadiyah Longkeyang masih sama.
Oleh generasi kedua, perkembangan Muhammadiyah di Longkeyang dikhawatirkan lama lama akan punah bila tidak dilakukan kreasi, inovasi dan solusi terhadap berbagai persoalan internal Muhammadiyah maupun persolan keummatan. Pada saat itu banyak ranting Muhammadiyah di Pimpinan Daerah Muhammadiyah Pemalang dan sekitarnya yang mengalami kafakuman bahkan ada bubar.
Melihat kondisi dan situasi yang memprihatinkan tersebut maka beberapa anak muda Muhammadiyah yang raya rata anak keturunan dari para pindiri dan pimpinan Muhammadiyah Ranting Longkeyang mulai gelisah dan kemudian berdiskusi untuk mencari alternatif solusi agar Muhammadiyah di Longkeyang terus hidup, tumbuh dan berkembang untuk memberikan yang terbaik bagi agama, ummat dan bangsa. Berbagai usaha dilakukan antara lain melalui jimpitan beras, wakaf pohon pisang, jugabudidaya kambing bahkan koperasi. Usaha awal ini kurang berhasil dikarenakan sumber daya manusianya belum disiapkan dan dibekali ketrampilan yang memadai.
Oleh generasi yang lebih muda yang diinisiasi oleh mas Fakhruri dan kawan-kawan, kondisi ini jadi keprihatinan yang mendalam. Mulailah mereka berpikir dan berdiskusi utk mencari solusi. Mereka merasa diwarisi Muhammadiyah oleh orang tua dan pirintis Muhammadiyah Longkeyang namun mereka semua menyadari tidak disiapkan secara khusus untuk meneruskan perjuangan Muhammadiyah. Didasari amanah sejarah sebagai pewaris Muhammadiyah Longkeyang dan diilhami dari kesuksesan Sahabat Rasulullah Ustman bin Afan yg membeli dan mewakafkan sumur Ruma
Untuk islam dan ummat, maka Fakhruri dan kawan-kawan bertekad untuk menjaga dan menghidupkan Muhammadiyah di Longkeyang. Anak anak muda Longkeyang ini tahu bahwa dari sumur Ruma inilah lahir ratusan hektar perkebunan Kurma, Hotel, Perbangkan dan juga program beasiswa dan sosial. perbangkan yang lahir dari sumur Ruma ini merupakan perbankan pertama dan tertua dalam sejarah Islam. Semua wakaf Produktif masa kholifah Usman bin Affan ini masih terus tumbuh dan berkembang serta memberikan manfaat hingga saat ini. Akhirnya dipilihlah program wakaf produktif dalam bentuk tanah dan penanaman pohon produktif agar bisa memberi manfaat jangka panjang bagi Muhammadiyah dan Ummat.
Menyiapkan Masa Depan Muhammadiyah Longkeyang
Dimulai dari wakaf produktif yang semakin perkembangan maka progam dan peta jalan untuk menyiapkan masa depan Muhammadiyah Longkeyang dimulai. Oleh Ustadz Fakhruri selaku Direktur Kampung Wakaf Longkeyang program ini dikelompokkan dalam tiga tema gerakan. (Bersambung).(Red)
Posting Komentar