Goa Lawa - Wisata purbalingga saat ini terus berkembang pesat.Kalau beberapa waktu yang lalu,sobat Info Saja sudah tahu tentang Wisata Owabong,kali ini ada wisata di Purbalingga yang tidak kalah indahnya yaitu obyek wisata Goa Lawa atau orang juga sering menyebutnya Gua Lawa.Dan berikut ini Info Wisata Purbalingga tentang Goa Lawa sebagai berikut.
Menyusuri Wisata Gua lawa
Selain Goa Lawa sebagai goa utama, di lokasi ini masih ada sekitar 14 goa lain yang belum dibuka untuk umum. Masalah kemanan dan dana menjadi alasan mengapa goa-goa itu belum dibuka. Namun demikian, Radarmas kemarin diberi kesempatan untuk menjelajahi Goa Lorong Kereta dan Goa golek Kencana, dua goa yang 'masih perawan' itu bersama Surip dan Muhtadi sebagai pemandu.
Bau anyir kotoran kelelawar terasa menusuk hidung begitu kami menuruni mulut goa. Kami harus menggunakan tangga untuk masuk ke mulut goa ini. Memandang ke depan, hanya kegelapan yang menghadang. Saya segera menyalakan obor yang telah disiapkan sementara Surip membakar kemenyan.
Begitu uluk salam diucapkan kami mulai masuk ke dalam gua. Bleber..beleberrr... Bunyi kepakan sayap ratusan kelelawar berkeliaran di di atas kepala kami. Mungkin api obor dan nyala senter mengusik ketenangan tidur mereka.
Kami terus melanjutkan perjalanan. Karena ruangannya sempit kami terpaksa berjalan sambil merunduk. Jika menemui tempat yang agak lega, sempatkanlah untuk berdiri tegak dan mengambil napas. Bukan apa-apa berjalan sambil merunduk ternyata membuat pinggang dan paha kita pegal semua.
Semakin jauh masuk ke dalam, kotoran kelelawar makin banyak di lantai goa. Saking banyaknya, kotoran yang mungkin sudah terkumpul puluhan tahun dan bercampur dengan aliran air itu membentuk lumpur. Beberapa bagian bahkan ada yang dalamnya sampai sepinggang.
Tidak seperti Goa Lawa, Goa Lorong Kereta relatif lebih halus. Seperti dibuat oleh manusia. Namun dugaan itu langsung sirna begitu melihat bentuk lapisan bumi yang berupa garis sepanjang sisi kanan goa. "Tak mungkin manusia mampu membuat yang seperti ini mas," bantah Surip dan Muhtadi.
Dari hasil penelusuran Surip dan Muhtadi, Goa Lorog Kereta mempunyai panjang sekitar 1500 meter. Diperlukan waktu sekitar 1 jam lebih untuk menyusurinya sampai selesai. Hanya saja kami tak berhasil keluar di ujung goa. Gara-garanya di seperempat bagian awal, ada bagian goa yang tertutup lumpur sampai setinggi dada.
Dan celakanya kami tak cukup membawa peralatan dan persiapan untuk melewatinya. Terpaksa kami berbalik arah setelah beristirahat sejenak untuk mengambil gambar.
Membawa senter berkekuatan besar mungkin akanlebih menolong anda saat menyusuri goa-goa ini. Soalnya asap obor justru akan membuat mata kita perih dan menarik perhatian kelelawar yang sedang tertidur.
Goa Golek kencana terletak di lapisan bawah goa Lorong Kereta. Sekitar lima meter lebih dalam. Objek paling menarik di goa ini adalah keberadaan golek dari batu atau arca yang ada di dalamnya.(*)
Legenda Siwarak dan Penyebaran Agama Islam.
Berbagai legenda dikait-kaitkan masyarakat dengan keberadaan goa di desa Siwarak kecamatan Karangreja, Purbalingga ini. Salah satu yang paling terkenal adalah legenda yang berkaitan dengan nama desa tersebut, Siwarak.
Dalam buku Potensi Pariwisata Kabupaten Purbalingga disebutkan saat awal penyebaran agama Islam daerah tersebut dijadikan tempat persembunyian dua orang dai atau penyebar agama Islam. Ahmad dan Muhamad, demikian nama dua dai tersebut.
Untuk menyebarkan Islam mereka harus menghadapi praurit Majapahit di bawah pimpinan Ki Sutaraga. Suatu ketika, Ki Sutaraga bahkan berhasil mematahkan usaha dua dai ini untuk menyebarkan agama Allah ini. Ahmad dan Muhamad terpaksa bersembunyi di dalam goa Lawa untuk memohon petunjuk kepada Allah. Alhasil mereka mendapat petunjuk untuk berganti nama menjadi Taruno dan Taruni.
Saat mereka bertemu Ki Sutaraga, panglima perang Majapahit ini tak mengenal dua orang dai tersebut karena kebetulan belum pernah bertemu muka.Ketika ditanya apakah melihat Ahmad dan Muhamad, Taruno-Taruni mengatakan bahwa dua orang tersebut sudah mati diterkam tiga ekor macan. Legalah hati Ki Sutaraga dan pengikutnya. Sepanjang perjalanan mereka berteriak gembira akan kematian dua daai musuh mereka.
Rupanya teriakan kegembiraan mereka didengar oleh dua murid Ahmad dan Muhamad, Bangis dan Bangas. Karena dendam, mereka berniat menuntut balas pada Ki Sutaraga. Mereka langsung menantang panglima yang terkenal sakti itu untuk perang tanding. Namun Ki Sutaraga tak mau meladeninya.
Kesal karena tak diladeni Bangas dan Bangis lagsung menyerang sang panglima. Karena kesal Ki Sutaraga mengutuk kedua orang ini dengan menyumpahinya sebagai seperti warak atau badak yang keras kepala. Konon, dikemudian hari lokasi tempat Ki Sutaraga mengucap kutukan diberi nama Siwarak.
Anehnya relief berbentuk badak bercula juga terdapat di dalam goa, tepatnya di depan sanggar panembahan. Relief yang terbentuk dari retakan dan lipatan batu ini sangat lengkap menggambarkan bentuk seekor badak.
Selain legenda Siwarak legenda lain yang terdapat di goa ini adalah legenda Ratu Ayu. Menurut cerita, goa Ratu Ayu dulunya dihuni oleh dua putri dari kerajaan Pajajaran. Dua orang putri yang bernama Endang Murdaningrum dan Endang Murdaningsih ini melakukan semedi sampai akhir hayatnya di Goa Ratu Ayu. Jasad kedua putri ini murca atau muksa dari dunia.
Nama Ratu Ayu sendiri diberikan karena di tempat itu sering muncul dua orag putri yang sangat cantik ditemani oleh tiga harimau berwarna hitam, loreng dan putih."Dia gambaran wanita paling cantik yang pernah saya lihat. Sejauh ini tak ada manusia yang secantik mereka," ungkap Surip. Dia mengaku beberapa kali bertemu dengan penampakan dua putri ini.
Diatara legenda-legenda tersebut legenda goa lawa sebagai istana para Lawa atau Kelelawar agaknya paling 'disukai' masyarakat. Soalnya hingga kini masih ada ribuan kelelawar yang bersarang di belasan goa yang ada di tempat itu. "Di dalam goa uga ada sebuah relief yang sangat mirip dengan bentuk dada dan sayap kelelawar raksasa. Bentangan sayapnya lebih dari lima meter, sedang tinggi tubuhnya lebih dari empat meter," tutur Sobary.
Apalagi, di salah satu bagian gua, ada sebuah tempat yang selalu dijadikan tempat berhenti oleh kelelawar itu sebelum keluar goa. Tempat ini disebut Istana Lawa. "Seperti tempat absen sebelum keluar atau masuk," duga Muhtadi dan Surip.
Namun hingga kini, tak seorangpun yang mengetahui riwayat asli Goa Lawa. Yang jelas tempat itu akan membuka mata hati kita bahwa Tuhan memang maha kuasa untuk menciptakan lorong-lorog yang tak terkira panjangnya dalam batu yang begitu keras. Wallohu A'lam Bissawab.(*)
Menyusuri Eksotika Perut Bumi di Markas Para Wali
Hawa sejuk langsung menyergap raga begitu kaki menginjak pelataran parkir objek wisata Goa Lawa. Kesejukan udara di tanah berketinggian 900 di atas permukaan laut itu langsung membuat Radarmas mengigil kedinginan. Hari memang masih pagi. Tukang sapu di tempat itu baru memulai aktifitasnya membersihkan dedaunan yang berguguran semalam. Daun-daun pinus juga masih membeku oleh belaian angin pegunungan.Mereka bergerak dengan enggan, mengikuti hembusan angin yang membelainya.
Ahmad Sobary, Manajer Objek Wisata Goa Lawa langsung memanggil Surip dan Muhtadi untuk menemani perjalanan kami. Ya, rencananya kami akan menyusuri relung-relung perut bumi yang ada di tempat itu. Mengagumi kebesaran Ilahi yang telah menciptakan lorong-lorong gelap di lapisan batu yang begitu padat.
Sasaran pertama kami tentu saja adalah goa utama, yakni Goa Lawa. Goa ini merupakan salah satu obek wisata andalan kabupaten Purbaingga. Ribuan pengunjung setiap tahun berdatangan ke lokasi ini untuk menikmati pemandangan alamnya yang luar biasa sekaligus mengagumi ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pukul 09.13 menit kami mulai masuk ke mulut goa. Kegelapan langsung menyapa kami begitu sampai di mulut goa. Untungnya, pemerintah setempat sudah memasang ratusan lampu penerang yang memberikan cahaya remang-remang.
Objek pertama yang terlihat adalah sebuah batu berujud tokoh punakawan Semar. Meski tidak dipahat namun batu alam ini sangat mirip dengan gambar Semar di wayang kulit. Konon batu ini masih kerap memunculkan sosok asli tokoh Semar ini. "Orang sini menyebutnya mbah Semar," terang Surip.
Berjalan sekitar sepuluh meter pandangan kita akan membentur dinding batu berwujud seperti pohon beringin putih. "Namanya Waringin Seto," jelas Surip lagi. Di sebut demikian karena memang bentuknya yang mirip pohon beringin, dari batang sampai ke daun-daunnya.
Kami terus melanjutkan perjalanan. Tetesan air dari atap gua sesekali mengenai tubuh kami. Membuat kepala dan tubuh kami basah. Istana Lawa dan relief berbentuk dada kelelawar raksasa adalah objek yang kemudiann kami temukan. Setelah itu ada Sendang Drajat, Pancuran Slamet dan Bale Paseban.
Tiga objek terakhir ini menurut cerita ketiga orang tadi erat kaitannya dengan kisah wali songo. Konon, pada awal penyebaran Islam di tanah Jawa goa inni sebagai markas para wali untuk menyebarkan Islam. Mereka kerap bertemu di tempat ini untuk berkoordinasi dan beristirahat.
Paseban Agung sebagai contoh, adalah sebuah ruangan berdimensi 10 x 8 x 3 meter yang biasa digunakan untuk pertemuan. Di tempat ini terdapat sembilan batu yang tersusun sedemikian rupa. Konon sering dipakai untuk duduk para wali. Sendang Drajat dan Pancuran Slamet biasanya dipakai untuk mengambil air wudlu. Sedang sholat dilaksanakan di ruang langgar.
Kisah tentang keberadaan para wali ditempat ini pernah dibuktikan sendiri oleh Surip dan kuncen di tempat itu. "Saya pernah bertemu beberapa dari mereka. Beruluk salam, bahkan ngobrol dengan mereka," tutur Surip. Beberapa orang dari Cirebon dan Baghdad juga pernah menjumpai hal yang sama di tempat itu.
Selain tempat-tempat yang diduga pernah digunakan oleh para wali, di dalam Goa Lawa juga terdapat beberap goa lain. Diantaranya Goa Batu Keris, Sanggar Panembahan, Goa Mulut Raksasa, Goa Naga Goa, Cepet dan Goa Ratu Ayu. Selain itu di dalamnya juga ditemukan danau yang airnya sangat jernih. "Dalamnya lebih dari dua puluh meter. Karena itu kita buat jembatan untuk melaluinya," Ungkap Ahmad Sobary.
Penelusuran Goa Lawa memakan waktu sekitar satu jam. Jalan berkelak-kelok harus dilalui para pengunjung untuk menelusuri seluruh isi goa. Namun tak usah khawatir, pemerintah setempat telah membangun alan yang lega dan aman untuk memuaskan hasrat petualangan kita. Meski mengurangi kenaturalan obeknya, namun keberadaan jalan dan jembatan serta pagar membuat pengunung lebih mudah menelusuri seisi goa.
Bagi siswa sekolah goa Lawa bisa diadikan sebuah obek pengamatan tentang lapisan-lapisan bumi. Sementara bagi orang-orang yang ingin menyepi, goa Lawa juga kerap menjadi tempat yang bisa dipilih untuk bersemedi, menyerahkan diri pada sang pencipta.
"Kalau beruntung, biasanya orang akan mendapatkan apa yang dicarinya. Baik kejernihan hati maupun barang dalam bentuk fisik seperti pusaka dan jimat," cerita Surip. "Namun kita tidak pernah menganjurkan untuk melakukan hal itu. Goa ini lebih cocok untuk berserah diri pada Tuhan sang Pencipta. Kecuali orang tersebut memang mendapat bisikan untuk melakukan hal-hal seperti itu," katanya.
Sejarah Goa Lawa sebagai bekas tempat berkumpulnya para wali membuat banyak orag mendatangi tempat itu. "Beberapa waktu lalu bahkan ada beberapa orang yang datang langsung dari Baghdad, Irak untuk mengunjungi tempat ini. Katanya mereka mendapat petunjuk langsung untuk mengunjungi tempat ini," cerita Surip. Namun dirinya mengaku tak tahu persis apa yang didapat orang-orang tersebut.
Hanya saja, ada keanehan yang terjadi saat orang-orang tersebut datang ke Goa Lawa. "Ruang Langgar yang biasanya hanya mampu menampung sekitar dua puluh orang tiba-tiba saja bisa memuat 1 orang tanpa mengalami perubahan bentuk, ujarnya yakin. Saat itu tempat tersebut digunakan untuk istighozah bersama. Anda tertarik mengununginya?(*)
Goa Angin Tembus Sampai Cirebon
Satu diantara 14 goa yang paling menarik perhatian adalah Goa Angin. Diberi nama Goa Angin karena dari goa ini kerap berhembus angin berbau belerang terutama pada pagi hari. Bahkan kadang keluar asap atau kabut berbau belerang. Daya tarik utama dari goa ini adalah kedalamannya yang mencapai ratusan kilometer. "Goa ini jika diselusuri bisa tembus sampai ke Cirebon," ungkap Surip dan Ahmad Sobary. Jika dihitung jarak permukaan bumi saja jarak Purbaingga-Cirebon sekitar 200 kilometer. Di dalam tanah, karena berkelak-kelok dan naik turun jarak ini bisa lebih dari 200 kilometer.
Menurut Surip beberapa tahun lalu pernah ada ekspedisi dari Belanda yang menelusuri goa Angin tersebut. "Kebetulan ada juga orang sini yang ikut," katanya. Menurutnya, rombongan ekspedisi itu benar-benar berhasil keluar di Cirebon. "Mereka menghabiskan waktu satu bulan lebih untuk berjalan menyusuri goa tersebut," ceritanya.
Sayangnya hingga saat ini pihak pemerintah Indonesia belum pernah mengadakan ekspedisi serupa. "Padahal pemandangan di dalamnya pasti sangat bagus dan menantang, ujar Ahmad Sobary. Hanya saja, untuk melakukannya pasti dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Terutama untuk perbekalan dan peralatan yang harus dibawa.
"Saya agak lupa tahunnya tapi sekitar tahun 80-an, jawab Surip saat ditanya waktu pelaksanaan ekspedisi tersebut. "Mereka membawa makanan kering dan persediaan oksigen. Yang saya ingat betul satu-satunya wanita yang ikut bernama Catherina," ujarnya mengingat-ingat.
Jika benar goa angin tembus sampai ke Cirebon bisa jadi goa ini merupakan terowongan terpanjang alami yang pernah ada di dunia. Anda tertarik menjelajahinya.(*)
Sumber: http://purbalinggapariwisata-wisata.blogspot.com/2010/05/wisata-gua-lawa.html
Menyusuri Wisata Gua lawa
Selain Goa Lawa sebagai goa utama, di lokasi ini masih ada sekitar 14 goa lain yang belum dibuka untuk umum. Masalah kemanan dan dana menjadi alasan mengapa goa-goa itu belum dibuka. Namun demikian, Radarmas kemarin diberi kesempatan untuk menjelajahi Goa Lorong Kereta dan Goa golek Kencana, dua goa yang 'masih perawan' itu bersama Surip dan Muhtadi sebagai pemandu.
Bau anyir kotoran kelelawar terasa menusuk hidung begitu kami menuruni mulut goa. Kami harus menggunakan tangga untuk masuk ke mulut goa ini. Memandang ke depan, hanya kegelapan yang menghadang. Saya segera menyalakan obor yang telah disiapkan sementara Surip membakar kemenyan.
Begitu uluk salam diucapkan kami mulai masuk ke dalam gua. Bleber..beleberrr... Bunyi kepakan sayap ratusan kelelawar berkeliaran di di atas kepala kami. Mungkin api obor dan nyala senter mengusik ketenangan tidur mereka.
Kami terus melanjutkan perjalanan. Karena ruangannya sempit kami terpaksa berjalan sambil merunduk. Jika menemui tempat yang agak lega, sempatkanlah untuk berdiri tegak dan mengambil napas. Bukan apa-apa berjalan sambil merunduk ternyata membuat pinggang dan paha kita pegal semua.
Semakin jauh masuk ke dalam, kotoran kelelawar makin banyak di lantai goa. Saking banyaknya, kotoran yang mungkin sudah terkumpul puluhan tahun dan bercampur dengan aliran air itu membentuk lumpur. Beberapa bagian bahkan ada yang dalamnya sampai sepinggang.
Tidak seperti Goa Lawa, Goa Lorong Kereta relatif lebih halus. Seperti dibuat oleh manusia. Namun dugaan itu langsung sirna begitu melihat bentuk lapisan bumi yang berupa garis sepanjang sisi kanan goa. "Tak mungkin manusia mampu membuat yang seperti ini mas," bantah Surip dan Muhtadi.
Dari hasil penelusuran Surip dan Muhtadi, Goa Lorog Kereta mempunyai panjang sekitar 1500 meter. Diperlukan waktu sekitar 1 jam lebih untuk menyusurinya sampai selesai. Hanya saja kami tak berhasil keluar di ujung goa. Gara-garanya di seperempat bagian awal, ada bagian goa yang tertutup lumpur sampai setinggi dada.
Dan celakanya kami tak cukup membawa peralatan dan persiapan untuk melewatinya. Terpaksa kami berbalik arah setelah beristirahat sejenak untuk mengambil gambar.
Membawa senter berkekuatan besar mungkin akanlebih menolong anda saat menyusuri goa-goa ini. Soalnya asap obor justru akan membuat mata kita perih dan menarik perhatian kelelawar yang sedang tertidur.
Goa Golek kencana terletak di lapisan bawah goa Lorong Kereta. Sekitar lima meter lebih dalam. Objek paling menarik di goa ini adalah keberadaan golek dari batu atau arca yang ada di dalamnya.(*)
Legenda Siwarak dan Penyebaran Agama Islam.
Berbagai legenda dikait-kaitkan masyarakat dengan keberadaan goa di desa Siwarak kecamatan Karangreja, Purbalingga ini. Salah satu yang paling terkenal adalah legenda yang berkaitan dengan nama desa tersebut, Siwarak.
Dalam buku Potensi Pariwisata Kabupaten Purbalingga disebutkan saat awal penyebaran agama Islam daerah tersebut dijadikan tempat persembunyian dua orang dai atau penyebar agama Islam. Ahmad dan Muhamad, demikian nama dua dai tersebut.
Untuk menyebarkan Islam mereka harus menghadapi praurit Majapahit di bawah pimpinan Ki Sutaraga. Suatu ketika, Ki Sutaraga bahkan berhasil mematahkan usaha dua dai ini untuk menyebarkan agama Allah ini. Ahmad dan Muhamad terpaksa bersembunyi di dalam goa Lawa untuk memohon petunjuk kepada Allah. Alhasil mereka mendapat petunjuk untuk berganti nama menjadi Taruno dan Taruni.
Saat mereka bertemu Ki Sutaraga, panglima perang Majapahit ini tak mengenal dua orang dai tersebut karena kebetulan belum pernah bertemu muka.Ketika ditanya apakah melihat Ahmad dan Muhamad, Taruno-Taruni mengatakan bahwa dua orang tersebut sudah mati diterkam tiga ekor macan. Legalah hati Ki Sutaraga dan pengikutnya. Sepanjang perjalanan mereka berteriak gembira akan kematian dua daai musuh mereka.
Rupanya teriakan kegembiraan mereka didengar oleh dua murid Ahmad dan Muhamad, Bangis dan Bangas. Karena dendam, mereka berniat menuntut balas pada Ki Sutaraga. Mereka langsung menantang panglima yang terkenal sakti itu untuk perang tanding. Namun Ki Sutaraga tak mau meladeninya.
Kesal karena tak diladeni Bangas dan Bangis lagsung menyerang sang panglima. Karena kesal Ki Sutaraga mengutuk kedua orang ini dengan menyumpahinya sebagai seperti warak atau badak yang keras kepala. Konon, dikemudian hari lokasi tempat Ki Sutaraga mengucap kutukan diberi nama Siwarak.
Anehnya relief berbentuk badak bercula juga terdapat di dalam goa, tepatnya di depan sanggar panembahan. Relief yang terbentuk dari retakan dan lipatan batu ini sangat lengkap menggambarkan bentuk seekor badak.
Selain legenda Siwarak legenda lain yang terdapat di goa ini adalah legenda Ratu Ayu. Menurut cerita, goa Ratu Ayu dulunya dihuni oleh dua putri dari kerajaan Pajajaran. Dua orang putri yang bernama Endang Murdaningrum dan Endang Murdaningsih ini melakukan semedi sampai akhir hayatnya di Goa Ratu Ayu. Jasad kedua putri ini murca atau muksa dari dunia.
Nama Ratu Ayu sendiri diberikan karena di tempat itu sering muncul dua orag putri yang sangat cantik ditemani oleh tiga harimau berwarna hitam, loreng dan putih."Dia gambaran wanita paling cantik yang pernah saya lihat. Sejauh ini tak ada manusia yang secantik mereka," ungkap Surip. Dia mengaku beberapa kali bertemu dengan penampakan dua putri ini.
Diatara legenda-legenda tersebut legenda goa lawa sebagai istana para Lawa atau Kelelawar agaknya paling 'disukai' masyarakat. Soalnya hingga kini masih ada ribuan kelelawar yang bersarang di belasan goa yang ada di tempat itu. "Di dalam goa uga ada sebuah relief yang sangat mirip dengan bentuk dada dan sayap kelelawar raksasa. Bentangan sayapnya lebih dari lima meter, sedang tinggi tubuhnya lebih dari empat meter," tutur Sobary.
Apalagi, di salah satu bagian gua, ada sebuah tempat yang selalu dijadikan tempat berhenti oleh kelelawar itu sebelum keluar goa. Tempat ini disebut Istana Lawa. "Seperti tempat absen sebelum keluar atau masuk," duga Muhtadi dan Surip.
Namun hingga kini, tak seorangpun yang mengetahui riwayat asli Goa Lawa. Yang jelas tempat itu akan membuka mata hati kita bahwa Tuhan memang maha kuasa untuk menciptakan lorong-lorog yang tak terkira panjangnya dalam batu yang begitu keras. Wallohu A'lam Bissawab.(*)
Menyusuri Eksotika Perut Bumi di Markas Para Wali
Hawa sejuk langsung menyergap raga begitu kaki menginjak pelataran parkir objek wisata Goa Lawa. Kesejukan udara di tanah berketinggian 900 di atas permukaan laut itu langsung membuat Radarmas mengigil kedinginan. Hari memang masih pagi. Tukang sapu di tempat itu baru memulai aktifitasnya membersihkan dedaunan yang berguguran semalam. Daun-daun pinus juga masih membeku oleh belaian angin pegunungan.Mereka bergerak dengan enggan, mengikuti hembusan angin yang membelainya.
Ahmad Sobary, Manajer Objek Wisata Goa Lawa langsung memanggil Surip dan Muhtadi untuk menemani perjalanan kami. Ya, rencananya kami akan menyusuri relung-relung perut bumi yang ada di tempat itu. Mengagumi kebesaran Ilahi yang telah menciptakan lorong-lorong gelap di lapisan batu yang begitu padat.
Sasaran pertama kami tentu saja adalah goa utama, yakni Goa Lawa. Goa ini merupakan salah satu obek wisata andalan kabupaten Purbaingga. Ribuan pengunjung setiap tahun berdatangan ke lokasi ini untuk menikmati pemandangan alamnya yang luar biasa sekaligus mengagumi ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pukul 09.13 menit kami mulai masuk ke mulut goa. Kegelapan langsung menyapa kami begitu sampai di mulut goa. Untungnya, pemerintah setempat sudah memasang ratusan lampu penerang yang memberikan cahaya remang-remang.
Objek pertama yang terlihat adalah sebuah batu berujud tokoh punakawan Semar. Meski tidak dipahat namun batu alam ini sangat mirip dengan gambar Semar di wayang kulit. Konon batu ini masih kerap memunculkan sosok asli tokoh Semar ini. "Orang sini menyebutnya mbah Semar," terang Surip.
Berjalan sekitar sepuluh meter pandangan kita akan membentur dinding batu berwujud seperti pohon beringin putih. "Namanya Waringin Seto," jelas Surip lagi. Di sebut demikian karena memang bentuknya yang mirip pohon beringin, dari batang sampai ke daun-daunnya.
Kami terus melanjutkan perjalanan. Tetesan air dari atap gua sesekali mengenai tubuh kami. Membuat kepala dan tubuh kami basah. Istana Lawa dan relief berbentuk dada kelelawar raksasa adalah objek yang kemudiann kami temukan. Setelah itu ada Sendang Drajat, Pancuran Slamet dan Bale Paseban.
Tiga objek terakhir ini menurut cerita ketiga orang tadi erat kaitannya dengan kisah wali songo. Konon, pada awal penyebaran Islam di tanah Jawa goa inni sebagai markas para wali untuk menyebarkan Islam. Mereka kerap bertemu di tempat ini untuk berkoordinasi dan beristirahat.
Paseban Agung sebagai contoh, adalah sebuah ruangan berdimensi 10 x 8 x 3 meter yang biasa digunakan untuk pertemuan. Di tempat ini terdapat sembilan batu yang tersusun sedemikian rupa. Konon sering dipakai untuk duduk para wali. Sendang Drajat dan Pancuran Slamet biasanya dipakai untuk mengambil air wudlu. Sedang sholat dilaksanakan di ruang langgar.
Kisah tentang keberadaan para wali ditempat ini pernah dibuktikan sendiri oleh Surip dan kuncen di tempat itu. "Saya pernah bertemu beberapa dari mereka. Beruluk salam, bahkan ngobrol dengan mereka," tutur Surip. Beberapa orang dari Cirebon dan Baghdad juga pernah menjumpai hal yang sama di tempat itu.
Selain tempat-tempat yang diduga pernah digunakan oleh para wali, di dalam Goa Lawa juga terdapat beberap goa lain. Diantaranya Goa Batu Keris, Sanggar Panembahan, Goa Mulut Raksasa, Goa Naga Goa, Cepet dan Goa Ratu Ayu. Selain itu di dalamnya juga ditemukan danau yang airnya sangat jernih. "Dalamnya lebih dari dua puluh meter. Karena itu kita buat jembatan untuk melaluinya," Ungkap Ahmad Sobary.
Penelusuran Goa Lawa memakan waktu sekitar satu jam. Jalan berkelak-kelok harus dilalui para pengunjung untuk menelusuri seluruh isi goa. Namun tak usah khawatir, pemerintah setempat telah membangun alan yang lega dan aman untuk memuaskan hasrat petualangan kita. Meski mengurangi kenaturalan obeknya, namun keberadaan jalan dan jembatan serta pagar membuat pengunung lebih mudah menelusuri seisi goa.
Bagi siswa sekolah goa Lawa bisa diadikan sebuah obek pengamatan tentang lapisan-lapisan bumi. Sementara bagi orang-orang yang ingin menyepi, goa Lawa juga kerap menjadi tempat yang bisa dipilih untuk bersemedi, menyerahkan diri pada sang pencipta.
"Kalau beruntung, biasanya orang akan mendapatkan apa yang dicarinya. Baik kejernihan hati maupun barang dalam bentuk fisik seperti pusaka dan jimat," cerita Surip. "Namun kita tidak pernah menganjurkan untuk melakukan hal itu. Goa ini lebih cocok untuk berserah diri pada Tuhan sang Pencipta. Kecuali orang tersebut memang mendapat bisikan untuk melakukan hal-hal seperti itu," katanya.
Sejarah Goa Lawa sebagai bekas tempat berkumpulnya para wali membuat banyak orag mendatangi tempat itu. "Beberapa waktu lalu bahkan ada beberapa orang yang datang langsung dari Baghdad, Irak untuk mengunjungi tempat ini. Katanya mereka mendapat petunjuk langsung untuk mengunjungi tempat ini," cerita Surip. Namun dirinya mengaku tak tahu persis apa yang didapat orang-orang tersebut.
Hanya saja, ada keanehan yang terjadi saat orang-orang tersebut datang ke Goa Lawa. "Ruang Langgar yang biasanya hanya mampu menampung sekitar dua puluh orang tiba-tiba saja bisa memuat 1 orang tanpa mengalami perubahan bentuk, ujarnya yakin. Saat itu tempat tersebut digunakan untuk istighozah bersama. Anda tertarik mengununginya?(*)
Goa Angin Tembus Sampai Cirebon
Satu diantara 14 goa yang paling menarik perhatian adalah Goa Angin. Diberi nama Goa Angin karena dari goa ini kerap berhembus angin berbau belerang terutama pada pagi hari. Bahkan kadang keluar asap atau kabut berbau belerang. Daya tarik utama dari goa ini adalah kedalamannya yang mencapai ratusan kilometer. "Goa ini jika diselusuri bisa tembus sampai ke Cirebon," ungkap Surip dan Ahmad Sobary. Jika dihitung jarak permukaan bumi saja jarak Purbaingga-Cirebon sekitar 200 kilometer. Di dalam tanah, karena berkelak-kelok dan naik turun jarak ini bisa lebih dari 200 kilometer.
Menurut Surip beberapa tahun lalu pernah ada ekspedisi dari Belanda yang menelusuri goa Angin tersebut. "Kebetulan ada juga orang sini yang ikut," katanya. Menurutnya, rombongan ekspedisi itu benar-benar berhasil keluar di Cirebon. "Mereka menghabiskan waktu satu bulan lebih untuk berjalan menyusuri goa tersebut," ceritanya.
Sayangnya hingga saat ini pihak pemerintah Indonesia belum pernah mengadakan ekspedisi serupa. "Padahal pemandangan di dalamnya pasti sangat bagus dan menantang, ujar Ahmad Sobary. Hanya saja, untuk melakukannya pasti dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Terutama untuk perbekalan dan peralatan yang harus dibawa.
"Saya agak lupa tahunnya tapi sekitar tahun 80-an, jawab Surip saat ditanya waktu pelaksanaan ekspedisi tersebut. "Mereka membawa makanan kering dan persediaan oksigen. Yang saya ingat betul satu-satunya wanita yang ikut bernama Catherina," ujarnya mengingat-ingat.
Jika benar goa angin tembus sampai ke Cirebon bisa jadi goa ini merupakan terowongan terpanjang alami yang pernah ada di dunia. Anda tertarik menjelajahinya.(*)
Sumber: http://purbalinggapariwisata-wisata.blogspot.com/2010/05/wisata-gua-lawa.html
Posting Komentar