Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jendral Pramono Edhi Wibowo (kiri) dan Menteri Perumahan Negara Djan Faridz (kedua kiri) meninjau pembangunan rumah di desa Kalkuluk, Kecamatan Haliwen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, Rabu (10/10). Pembangunan rumah di kawasan tersebut merupakan program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) kerjasama antara Kemenpera dengan TNI-AD yang berbasis gotong royong. (FOTO ANTARA/Marcel Kobito)
Kendari - Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Pramono Edhie Wibowo mengharapkan terjadinya pergantian pemimpin negeri secara mulus dan menyisakan banyak "kelegowoan" di semua pihak.
"Dari era Presiden Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono, pergantian pemimpin negeri tidak pernah mulus," kata Pramono di Kendari, Jumat.
Dia mencontohkan suksesi dari Soekarno menuju Soeharto diwarnai konflik. Disusul pergantian presiden kepada Habibie ada "kecelakaan" termasuk menuju kepala negara selanjutnya Abdurrahman Wahid, Megawati dan terakhir SBY.
"Tidak pernah ada unsur legowo di masing-masing pihak. Tidak ada istilah saling bersalaman di masing-masing suksesi," kata dia.
Pramono berharap di masa mendatang akan ada saling bersalaman. Dengan kata lain, terjadi unsur legowo saat pergantian kepala pemerintahan.
Mantan KSAD di era Presiden SBY itu menilai sistem suksesi di Amerika Serikat baik dan patut dicontoh oleh negara yang menerapkan sistem demokrasi.
"Di AS, ketika presiden telah selesai jabatan, dia akan memiliki jabatan terhormat. Presiden baru akan memberi jabatan penting. Sehingga ada `salaman` di antara pemimpin lama dan pemimpin baru," kata dia.
Dengan begitu, masih menurut Pramono Edhie, akan terjadi kestabilan dan keharmonisan di antara kubu lama dan baru. (A061/M009)
"Dari era Presiden Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono, pergantian pemimpin negeri tidak pernah mulus," kata Pramono di Kendari, Jumat.
Dia mencontohkan suksesi dari Soekarno menuju Soeharto diwarnai konflik. Disusul pergantian presiden kepada Habibie ada "kecelakaan" termasuk menuju kepala negara selanjutnya Abdurrahman Wahid, Megawati dan terakhir SBY.
"Tidak pernah ada unsur legowo di masing-masing pihak. Tidak ada istilah saling bersalaman di masing-masing suksesi," kata dia.
Pramono berharap di masa mendatang akan ada saling bersalaman. Dengan kata lain, terjadi unsur legowo saat pergantian kepala pemerintahan.
Mantan KSAD di era Presiden SBY itu menilai sistem suksesi di Amerika Serikat baik dan patut dicontoh oleh negara yang menerapkan sistem demokrasi.
"Di AS, ketika presiden telah selesai jabatan, dia akan memiliki jabatan terhormat. Presiden baru akan memberi jabatan penting. Sehingga ada `salaman` di antara pemimpin lama dan pemimpin baru," kata dia.
Dengan begitu, masih menurut Pramono Edhie, akan terjadi kestabilan dan keharmonisan di antara kubu lama dan baru. (A061/M009)
Sumber: AntaraNews.com
Posting Komentar